BAB 7


MANFAAT BAGI YANG HIDUP 
DAN 
YANG TELAH MENINGGAL DUNIA 




1. 
Pada saat itu, 


2. 
Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha ber-kata kepada Sang Buddha, 


3. 
“O Bhagava yang Termulia, menurut pendapat-Ku, 


4. 
Para Umat yang berasal dari Dunia Jambudvipa ( Alam Manusia ) 


5. 
mudah sekali terlibat dosa yang dilakukan-nya 


6. 
melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan, 


7. 
walaupun mereka telah di-bimbing menjadi baik, 


8. 
namun, selang tidak beberapa lama 


9. 
mereka menjadi buruk lagi. 


10. 
Terutama apabila mereka di-goda oleh hal-hal jahat, 


11. 
dengan cepat sekali mereka ter-pengaruh.  


12. 
Kondisi mereka bagaikan Orang yang di-bebani batu 


13. 
ber-jalan melintasi jalan ber-lumpur, 


14. 
semakin ia melangkah 


15. 
semakin dalam kaki-nya ter-jerembab. 


16. 
Jika pada saat itu terdapat seorang Bijaksana 


17. 
yang ber-sedia membantu meringankan beban batu ( dosa-nya ) itu 


18. 
sebagian atau semua-nya, 


19. 
beruntung-lah dia !” 


* * * 



20. 
“Apabila, Tokoh yang Bijaksana itu memiliki kekuatan yang cukup 


21. 
dan ber-sedia membantu Umat yang malang itu 


22. 
untuk keluar dari perjalanan ber-lumpur tersebut, 


23. 
Beliau akan berkata, 


24. 
‘Perjalanan berat sudah terlewatkan, 


25. 
dan telah tiba ke jalan yang rata, 


26. 
Anda harus tetap sadar dengan sepenuh hati 


27. 
agar tidak perlu menempuh jalan berat yang lain lagi, 


28. 
karena mungkin tidak ada lagi Orang yang akan membantu Anda, 


29. 
sehingga sulit bagi Anda 


30. 
untuk keluar dari jalan yang menyengsarakan itu’.” 


* * * 



31. 
Sang Ksitigarbha melanjutkan, 


32. 
“O Bhagava yang Termulia, 


33. 
banyak sekali Umat Manusia yang kondisi-nya demikian, 


34. 
mula-nya mereka hanya memiliki karma jahat se-ujung rambut, 


35. 
akan tetapi, ber-selang tidak begitu lama, 


36. 
dosa mereka telah berkembang pesat 


37. 
dan hukuman yang akan di-tanggung-nya menjadi berat. 


38. 
Karena hal-hal ini-lah 


39. 
maka Aku sering meminta Para Umat 


40. 
agar menaruh perhatian terhadap Orang-orang, 


41. 
baik Orangtua atau pun Saudara 


42. 
yang akan menghembus nafas-nya yang terakhir, 


43. 
mereka harus mengadakan puja bakti 


44. 
dengan menyebut Nama Buddha atau Bodhisattva 


45. 
serta berbuat Jasa Kebajikan, 


46. 
kemudian menyalurkan-nya kepada si Almarhum 


47. 
sehingga Almarhum tidak akan mengalami perjalanan yang amat gelap.” 


* * *



48. 
“Pada saat akan wafat, 


49. 
sedia-kan-lah satu tempat yang bersih dekat mayat Almarhum, 


50. 
dan pasang-lah panji-panji, payung sutera, dan sebagai-nya di atas-nya, 


51. 
nyalakan-lah beberapa lampu yang di-isi dengan minyak bersih 


52. 
dan di-letak-kan di atas meja atau di atas peti-nya. 


53. 
Keluarga Almarhum boleh membaca Sutra Suci Ajaran Sang Buddha 


54. 
dan menyediakan gambar Buddha serta gambar dari Para Arya 


55. 
dan di-gantung-kan di tempat yang bersih. 


56. 
Kemudian si Pemuja atau Pandita, Bhiksu atau Bhiksuni, 


57. 
dapat menyebut Nama-nama Buddha, Bodhisattva, serta Pratyeka Buddha 


58. 
di depan gambar tersebut 


59. 
( seperti Namo Amitabha Buddha, 


60. 
Namo Avalokiteshvara Bodhisattva, 


61. 
Namo Mahasthamaprapta Bodhisattva, 


62. 
Namo Ksitigarbha Bodhisattva, dan lain-nya ) 


63. 
dengan suara yang jelas dan agak keras 


64. 
supaya setiap ucapan dari Nama Buddha atau Bodhisattva 


65. 
terdengar oleh Arwah tersebut 


66. 
dan bisa di-ingat-nya terus.” 


* * * 



67. 
“Menurut Hukum Karma, 


68. 
segala perbuatan jahat dari Almarhum 


69. 
akan membuahkan hasil yang setimpal, 


70. 
dengan kata lain, 


71. 
ia harus di-adili dengan Peraturan tertentu, 


72. 
kemudian di-lahir-kan ke suatu Alam kesengsaraan 


73. 
untuk menjalani hukuman-nya. 


74. 
Tetapi berkat Jasa-jasa yang di-amal-kan Keluarga-nya 


75. 
pada saat Almarhum akan meninggal dunia 


76. 
atau setelah meninggal dunia, 


77. 
maka dosa-dosa yang dimiliki si Almarhum akan musnah pada saat itu juga.” 


* * * 



78. 
“Seandai-nya ada di antara Anggota Keluarga-nya, atau Umat yang lain, 


79. 
ber-sedia terus ber-Amal Kebajikan selama 49 hari 


80. 
sejak wafat-nya sang Almarhum, 


81. 
dan Jasa Kebajikan yang berharga itu 


82. 
langsung disalurkan kepada si Almarhum, 


83. 
maka Almarhum tidak akan dijatuhkan ke Alam sengsara, 


84. 
dan sebagai ganti-nya, 


85. 
dia akan menikmati Kebahagiaan di Surga 


86. 
atau di Alam Manusia terus-menerus. 


87. 
Di samping itu, Keluarga-nya yang masih berada di Dunia 


88. 
juga memperoleh Pahala Keberuntungan yang banyak.” 


* * * 



89. 
“Lebih penting lagi, O Bhagava yang Termulia,” 


90. 
Sang Ksitigarbha melanjutkan, 


91. 
“Sekarang, di depan Buddha, Bodhisattva Mahasattva, 


92. 
Para Dewa, Naga, Kelompok Makhluk Manusia 


93. 
atau yang bukan Manusia serta Para Hadirin sekalian, 


94. 
dengan tulus hati Aku memberikan nasehat dan ber-pesan 


95. 
agar Para Umat yang berasal dari Dunia Jambudvipa 


96. 
tidak melakukan penyembelihan Makhluk apa pun, 


97. 
dan tidak mengadakan Upacara yang tidak layak, 


98. 
seperti mengundang atau menyembah Para Makhluk halus dan Jin-jin 


99. 
yang ber-penghuni di tengah-tengah air atau di gunung mana pun 


100. 
untuk datang ke rumah, 


101. 
dan menerima sajian dari penyembelihan Makhluk hidup itu.” 


* * * 



102. 
“Apabila ada Anggota Keluarga yang meninggal, 


103. 
kalau Umat mengadakan Upacara 


104. 
dengan sajian hasil pembunuhan, 


105. 
hal itu sama sekali tidak memberikan manfaat sedikit pun 


106. 
kepada si Almarhum, 


107. 
melainkan dosa Almarhum ber-tambah berat. 


108. 
Walaupun Almarhum pernah ber-Amal Jasa 


109. 
se-waktu dia berada di Dunia, 


110. 
dan dia pernah di-anugerahi oleh Para Arya lain-nya 


111. 
untuk mendapat kesempatan lahir di Surga, 


112. 
namun, jika Keluarga-nya melakukan pembunuhan 


113. 
untuk di-persembah-kan kepada Jin-jin, 


114. 
maka ia harus di-adili oleh Sang Kuasa 


115. 
atas Makhluk-makhluk yang di-bunuh oleh Keluarga-nya itu, 


116. 
akibat dari hal itu, 


117. 
sang Almarhum tidak dapat dilahirkan di Surga dalam waktu tertentu. 


* * * 



118. 
Apabila sang Almarhum 


119. 
sama sekali tidak pernah berbuat Jasa Kebajikan 


120. 
se-masa hidup-nya, 


121. 
jika di-tambah lagi karma pembunuhan, 


122. 
pasti dia akan menanggung karma itu di Alam kesengsaraan. 


123. 
Peristiwa itu persis seperti 


124. 
seseorang yang datang dari tempat yang jauh 


124. 
dan sudah 3 hari beliau belum makan atau minum 


125. 
karena bekal-nya habis 


126. 
dan pundak-nya sedang di-bebani ratus-an kilo barang, 


127. 
lalu beliau bertemu dengan Anggota Keluarga-nya di tengah perjalanan 


128. 
dan mereka menambah lagi beberapa barang di pundak-nya, 


129. 
sehingga kondisi-nya menjadi semakin buruk dan gawat.” 


* * * 



130. 
Sang Ksitigarbha melanjutkan dan meyakinkan Para Hadirin, 


131. 
“O Bhagava yang Termulia, akan tetapi, 


132. 
jika Umat Jambudvipa tersebut berbuat Kebaikan 


133. 
dengan ber-pedoman kepada Ajaran Sang Buddha, 


134. 
meskipun Kebaikan itu hanya se-ujung rambut 


135. 
atau se-tetes air, 


136.  
atau hanya se-butir pasir, 


137. 
bahkan se-halus debu, 


138. 
namun manfaat-nya akan sedemikian besar dan sempurna.” 


* * * 



139. 
Pada saat itu, 


140. 
di dalam Persamuan Agung di Istana Trayastrimsa 


141. 
terdapat seorang Grhapati bernama Mahapratibhana


142. 
beliau telah lama mencapai Nirvana


143. 
akan tetapi dengan tubuh jelma-an sebagai seorang Grhapati, 


144. 
Beliau selalu hadir di 10 Penjuru Alam Buddha 


145. 
guna menyelamatkan Para Makhluk sengsara. 


146. 
Beliau bangkit dari tempat duduk-Nya 


147. 
dan merangkupkan ke-dua telapak tangan 


148. 
ber-tanya kepada Bodhisattva Ksitigarbha, 


149. 
“O Arya Ksitigarbha yang Maha Welas Asih, 


150. 
jika ada Umat Jambudvipa yang telah wafat, 


151. 
dan Anggota dari Keluarga-nya, 


152. 
baik yang tua atau yang muda, 


153. 
ada yang ber-hasrat meng-Amal-kan berbagai sajian yang berharga 


154. 
seperti membuat panji, payung ber-tirai, 


155. 
gambar Buddha, gambar Para Arya, nyala lampu, 


156. 
dan ber-doa menyebut Nama Buddha atau Bodhisattva, 


157. 
membaca Sutra, dan sebagai-nya. 


158. 
Atau mereka menyediakan sandang pangan melaksanakan Upavasatha 


159. 
untuk Para Bhiksu Sangha 


160. 
seperti ber-dana makanan-minuman, jubah, perabot, dan sebagai-nya. 


161. 
Atau mereka terus menanam benih Kebaikan 


162. 
( umpama-nya mereka ber-dana uang atau makanan 


163. 
dan baju untuk rumah yatim piatu, 


164. 
Para Pengungsi yang ter-kena musibah, 


165. 
membangun Vihara, Stupa, 


166.
mencetak Kitab Suci, dan sebagai-nya ), 


167. 
kemudian Jasa ini di-salur-kan kepada sang Almarhum. 


168. 
Apa-kah dengan Berkah dan Kebajikan 


169. 
yang dilakukan oleh Keluarga-nya, 


170. 
si Almarhum dapat menikmati Pahala tersebut 


171. 
dan akan memperoleh kebebasan ?” 


* * * 



172 
“O Grhapati yang Bijak,” Sabda Sang Ksitigarbha, 


173. 
“Baik sekali pertanyaan-Mu. 


174. 
Sekarang berkat kewibawaan Sang Buddha 


175. 
dan demi kepentingan bagi semua Makhluk 


176. 
di masa sekarang atau di masa yang akan datang, 


177. 
Aku akan men-jawab pertanyaan-Mu secara singkat. 


178. 
O Grhapati, ketahui-lah, 


179. 
Para Umat dari masa apa pun, 


180. 
seandai-nya pada detik-detik terakhir 


181. 
se-waktu mereka akan menghembuskan nafas-nya yang terakhir, 


182. 
apabila mereka dapat mendengar Nama Buddha atau Bodhisattva, 


183. 
walaupun hanya nama dari seorang Pacceka Buddha saja, 


184. 
si Almarhum, yang walaupun telah memiliki dosa atau pun tidak, 


185. 
ia pasti dapat membebaskan diri-nya dari Alam kesengsaraan.” 


* * * 



186. 
“Akan tetapi, O sang Grhapati yang Bijaksana, 


187. 
bagi Para Umat, baik Pria maupun Wanita, 


188. 
yang se-waktu masih berada di Dunia 


189. 
enggan menanam benih Kebaikan, 


190. 
melainkan senang melakukan karma jahat 


191. 
hingga dosa-nya banyak sekali, 


192. 
meskipun Keluarga-nya banyak mengamalkan Jasa Kebaikan 


193. 
kepada sang Almarhum 


194. 
setelah beliau meninggal dunia, 


195. 
maka jasa apa saja yang terdiri dari 7 bagian, 


196. 
sang Almarhum hanya dapat menerima 1 bagian saja 


197. 
dan 6 bagian lain-nya 


198. 
akan di-nikmati oleh Keluarga-nya yang berada di Dunia. 


* * *



199. 
Maka dari itu, para Pria atau Wanita 


200. 
yang berada di masa sekarang atau di masa mendatang 


201. 
harus sadar dan bijaksana, 


202. 
dan se-dini mungkin, 


203. 
dengan menggunakan kesempatan yang amat berguna ini, 


204. 
selama masih sehat dan kuat, 


205. 
mempraktekkan Dharma luhur 


206. 
untuk menyelamatkan diri dari penderitaan tumimbal lahir. 


207. 
Dan semua hasil kebajikan yang dilakukan-nya 


208. 
akan di-nikmati oleh Umat itu sendiri 


209. 
tanpa meleset sedikit pun.” 


* * * 



210. 
“Apabila sang Umat enggan sadar secara bijaksana 


211. 
terhadap peristiwa yang penting ini, 


212. 
maka pada saat maut yang disebut ‘Setan Anitya’ ( Hukum Ke-tidak-kekal-an ) datang, 


213. 
maka Arwah dari sang Almarhum 


214. 
akan seperti Makhluk halus yang terbang tanpa tujuan, 


215. 
karena mereka tidak mengerti dosa dan jasa yang pernah di-buat 


216. 
selama masih hidup.” 


* * * 



217. 
“Kini, dalam waktu 49 hari sejak wafat, 


218. 
sang Almarhum akan merasa seperti Orang tuli dan bisu, 


219. 
atau Orang yang sedang menderita penyakit jiwa 


220. 
yang di-terjun-kan di suatu Alam yang asing. 


221. 
Atau, karena Hukum Karma, 


222. 
Arwah-nya harus jatuh ke Alam Yamaraja ( Raja Neraka ) 


223. 
untuk menunggu hukuman-nya. 


224. 
Saat keputusan-nya belum ditentukan oleh Sang Kuasa, 


225. 
dan Arwah-nya belum dapat di-lahir-kan, 


226. 
maka saat itu kecemasan, kemurungan, 


227. 
akan mempengaruhi perasaan Arwah si Almarhum. 


228. 
Terutama apabila beliau di-lahir-kan di pelbagai Alam kesengsaraan. 


229. 
Ketahui-lah, saat si Almarhum sedang di-landa kesedihan 


230. 
selama 7 minggu itu, 


231. 
dia selalu mengenang akan Keluarga-nya 


232. 
yang telah di-tinggal-kan di Dunia. 


233. 
Maka pada waktu ini sangat-lah di-harap-kan 


234. 
agar Para Umat dapat meng-Amal-kan Jasa-jasa se-banyak-banyak-nya 


235. 
untuk menyelamatkan si Almarhum, 


236. 
agar beliau dapat dengan cepat keluar dari Alam sengsara. 


* * *



237. 
Sebab, walaupun dia tadi-nya seorang yang kuat, 


238. 
tapi setelah menjadi Arwah datang ke Akhirat 


239. 
dia tak dapat ber-buat apa-apa lagi. 


240. 
Setelah selang 49 hari ( kadang-kadang tak pasti ), 


241. 
apabila vonis-nya selesai, 


242. 
si Almarhum harus menurut Hukum Karma-nya 


243. 
di-hukum sesuai dengan perbuatan yang pernah di-lakukan-nya 


244. 
se-masa masih hidup di Dunia. 


245. 
Apabila sang Umat benar-benar berdosa, 


246. 
berarti dia akan menerima hukuman-nya di Alam Neraka 


247. 
hingga juta-an tahun 


248. 
dan sulit mem-bebas-kan diri lagi. 


249. 
Terutama Orang yang telah berbuat dosa durhaka 


250. 
dari Pancanantarya ( 5 perbuatan durhaka ). 


251. 
Pasti-lah Arwah-nya akan di-terjun-kan ke Neraka Utama 


252. 
hingga ribu-an kalpa, bahkan puluh-an ribu kalpa


253. 
sulit mendapat kesempatan untuk keluar.” 


* * * 



254. 
Lalu Sang Ksitigarbha melanjutkan Sabda-Nya, 


255. 
“Lagi, O Grhapati yang bijaksana, 


256. 
kita harus tahu, 


257. 
bahwa Umat yang baru meninggal dunia, 


258. 
Keluarga-nya atau Sanak Saudara-nya harus mengadakan puja bakti 


259. 
dengan cara men-dana-kan sandang pangan 


260. 
bentuk Upacara Upavasatha di depan Orang suci, 


261. 
dengan Kebajikan ini 


262. 
mereka dapat meringankan dosa Almarhum. 


* * *



263. 
Tapi, sebelum Upacara-nya di-mulai, 


264. 
air yang digunakan untuk men-cuci beras, sayur, dan makanan lain-nya 


265. 
tidak boleh mengotori Tempat Suci tersebut, 


266. 
dan saji-saji-an, 


267. 
sebelum di-puja-kan pada gambar Buddha dan Para Arya, 


268. 
atau sebelum dipersembahkan kepada Para Bhiksu Sangha 


269. 
atau Para Tokoh Bijaksana, 


270. 
tidak boleh di-makan dulu-an oleh Anggota Keluarga-nya. 


* * *



271. 
Apabila si Pemuja dengan sengaja melanggar Tata Krama 


272. 
atau kurang menaruh perhatian terhadap hal ini, 


273. 
sehingga tempat dan suasana-nya kurang suci dan khidmat, 


274. 
maka si Almarhum sulit menerima Jasa-jasa 


275. 
yang di-salur-kan oleh Keluarga-nya. 


276. 
Upacara tersebut harus ber-jalan lancar hingga selesai, 


277. 
saji-an dan tempat-nya harus tetap suci bersih 


278. 
seperti semula-nya. 


279. 
Demikian juga, puji-an terhadap gambar Buddha dan Para Arya 


280. 
serta Para Bhiksu Bhiksuni Sangha, 


281. 
harus dilaksanakan dengan baik. 


* * * 



282. 
Apabila Upacara-nya berhasil dengan baik, 


283. 
maka si Almarhum akan menerima Jasa tersebut 


284. 
se-banyak satu per tujuh.” 


* * *



285. 
“Maka dari itu, O Sang Grhapati yang bijak, 


286. 
apabila Para Umat dari Dunia Jambudvipa itu 


287. 
hendak meng-Amal-kan Jasa 


288. 
untuk Orangtua-nya atau Sanak Saudara-nya, 


289. 
maka pada saat beliau akan menghembus nafas-nya yang terakhir, 


290. 
mereka harus dengan perasaan tulus dan khidmat 


291. 
membuat Upacara Upavasatha atau puja bakti lain-nya. 


292. 
Jika mereka dapat berbuat demikian, 


293. 
manfaat-nya baik bagi Orang yang telah meninggal 


294. 
atau yang masih hidup akan sangat baik.” 


* * * 



295. 
Ketika Sang Bodhisattva Ksitigarbha mengakhiri Sabda-Nya, 


296. 
terdapat juta-an koti nayuta Makhluk Surga dan Bumi 


297. 
serta Para Raja Setan 


298. 
yang berasal dari Dunia Jambudvipa


299. 
semua yang berada di arena Persamuan Agung 


300. 
di Istana Trayastrimsa itu 


301. 
membangkitkan Bodhicitta-Nya 


302. 
( ber-cita-cita melaksanakan Dharma 


303. 
dan ber-niat menyelamatkan Makhluk sengsara ) se-dalam-dalam-nya. 


304. 
Kemudian Sang Grhapati Mahapratibhana ber-anjali 


305. 
kepada Buddha Sakyamuni dan Sang Ksitigarbha, 


306. 
setelah itu Beliau kembali ke tempat duduk-Nya. 



* * * * * * * * * *